Senin, 13 Oktober 2014

Desiran Angin dibalik Sebuah Dialog


Cek...cek...cek
Bukan, yang ku  maksud bukan cek giral untuk mencairkan uang
Tapi, suara dari corong-corong tua para masjid dan surau
Yang menggema dari seluruh penjuru mata angin kampung
Sajadah, bedug, tikar digelar beramai-ramai dipelataran, disucikan
Aroma kue apem, nasi kuning, buah-buahan menguar di udara
Ah, kau mungkin sudah mulai tahu maksudku
 Angin mengintip dari ujung jendela
 “ Wahai angin, bahagiakah engkau?”
“ Tentu saja, aku terlampau bahagia untuk menghadap Tuhanku lagi
Dalam bulan penuh berkah” kata angin yang menelisik diantara helaian rambut
Aku tak percaya, kau mulai membohongiku angin!
Ada pertentangan nyata dalam kalimatmu
Suaramu boleh saja ceria, tapi hembusanmu
Menyatakanbahwa kau sedang dipeluk keresahan
Lihat  dan perhatikan saja jika gelap berani merangkak naik
Suara mercon, petasan, dan jeritan kegembiran anak  kecil
Beradu, bergumul, bersaing diantara lantunan ayat suci
Tak terkecuali persaingan lampu masjid dan percikan cahaya yang merayu langit malam
Jalan-jalan ikut menggerutu
Bukankan kita akan menghadap bulan penuh keistimewaan?
Tapi mengapa mereka besuka cita dengan menghamburkan uangnya?
Suara mercon berhenti, digantikan dengan kumandang adzan Isya’
Sekarang lihat, adzan Isya’ punya kekuatan magis untuk menghentikan dentuman memekakkan gendang telinga, sekejap saja
Menyerap muslim siapa saja untuk kembali menjejak kaki suci di masjid dan surau
Masjid penuh, surau penuh dengan orang-orang yang menjalankan tarawih
Kuharap kau masih mengingat
Isya’ tempo hari dengan masjid dan surau yang hampir melompong
Ah, kurasa ini mulai memasuki jaman krisis iman
Tapi, aku tidak ingin mendikte mereka  Ya... Allah
Aku tak ingin berprasangka buruk pada mereka Ya... Allah
Aku hanya ingin mencari keberkahan bersama orang-orang
Yang telah Engkau bukakan pintu hatinya
Belajar istiqomah menapak di jalanMu
Angin mendengar dialog kita... Allah
Dan aku pun tahu Engkau adalah maha dari segala maha
Maka, sisakanlah ramadhan yang indah bagiku...Allah.


sebuah catatan akhir ramadhan 1435 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan dari Jakarta

Perjalanan menuju gedung ANRI Dalam rangka kuliah lapangan, kami sekelas bersepakat mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI...