Minggu, 25 September 2016

Saya Ingin Semua Tugas Segera Kelar



https://unsplash.com/collections/188185/paper





...here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again...
Judul unggahan yang paling gak masuk akal. Namun saya rasa itu menjadi gambaran apa yang sedang saya rasakan sebulan belakangan. Menjelang akhir September, rupa-rupanya saya menerima banyak kejutan. Baik dari hal yang menyenangkan hingga hal yang bikin geregetan. Sudah hampir tujuh hari berturut-turut hujan datang selepas tengah hari. Hawa dingin kembali menelisip di celah jendela, ventilasi kamar, hingga berani menghampiri serat selimut. Sedangkan di jalan, dekat jembatan, air hujan menggenang laiknya kubangan itik. Hujan tak pernah salah, berkah dari Tuhan di tengah krisis air yang melanda kota Yogyakarta. Masalah kekeringan yang sama mungkin dialami oleh wilayah lain di Indonesia. Namun, sayangnya beberapa kecamatan di kota ini penuh dengan lahan yang telah ditutupi semen, sebagian lagi tanahnya berupa hamparan sawah. Tak ada tanah resapan, sampah yang terbawa arus air hujan tak segan menyumpal aliran air di pinggir jalan. Persis seperti otak saya yang sedang tersumpal sesuatu yang entah apa namanya. Air, elemen yang dekat dan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sampai saat ini saya masih memilih air untuk dijadikan tema tugas akademik, juga sebagai alasan saya ketemu dengan orang baru. Ternyata konsekuensi dari pilihan saya terhadap air membuat kepala saya pening.

Pesan dari Jakarta

Perjalanan menuju gedung ANRI Dalam rangka kuliah lapangan, kami sekelas bersepakat mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI...