Memasuki Oktober, ada semacam kayu penyangga yang mulai
lapuk. Keropos dimakan kutu kayu. Kalau sudah begitu pilihannya hanya ada dua,
tega memotong beberapa jengkal atau menghitung detik jam menunggu ambruk.
Pada bulan ini segalanya serba kacau. Setandan pisang,
sekotak umpatan dan sumpah serapah berhamburan, dan puluhan judul pelarian
masih membelenggu kaki. Belum dapat beranjak, terperangkap dalam hening dan
putaran kebingungan.
Jenuh. Mencermati diri bahwa hanya melompat-lompat dari
kewajiban satu ke kewajiban lain yang tercacah dan tak lekas tuntas. Terjebak
rutinitas, meskipun sesekali keluar malam untuk menikmati makan malam dan
pertunjukan seni. Saya belum bisa melarikan diri.
Lagu Sementara nya
Float melantun sedari pagi, membungkam tumpukan kertas yang kian bisu.