Satu
semester di jurusan sejarah tentunya membuka lembaran baru dan menoreh tinta
yang bermacam-macam warnanya, walaupun sejarah dipelajari sejak bangku kelas 3
SD tetapi pemahaman baru di bangku kuliah telah merombaknya, setelah kupikir
lagi ternyata sejarah membuat hidup kita lebih bijak memang sangatlah cocok,
namun kami pasti dituntut untuk berpikir sehat serta kritis terhadap sejarah,
karena belum tentu kita yang terlibat, dan kadang pula sejarah yang telah
dikisahkan pastinya telah bercampur dan di mix dengan berbagai rasa. Abaikan
hal itu, karena kami diajarkan untuk menyampaikan kebenaran yang lebih
cenderung objektif. Pengetahuan kami yang telah diperoleh tersebut dirombak
sedemikian rupa, dan sempat membuat kami ternganga, “kalau kau tidak rajin
membaca, maka seleksi alam akan ganas kepadamu”. Begitu kecil dan sempitnya
pengetahuan kami tentang sejarah itu sendiri, berhubung Negara yang kami pijak
adalah Negara Indonesia, dan bangsa Indonesia maka sejarah pertamakali yang kami
pelajari adalah sejarah Indonesia, bukan hanya melulu mengungkapkan tentang
kemelut politik selaras dengan apa yang kita pelajari pada zaman SMP maupun
SMA, atapun sejarah zaman kerajaan Hindhu-Budha yang besar, maupun sejarah
kerajaan Islam di Nusantara aku yakin bukan seperti itu, ternyata, sejarah
Indonesia itu cukup luas dan banyak warnanya, banyak bagiannya, bukan hanya
peristiwa besar saja yang dapat ditulis sebagai sejarah, tetapi pergerakan pada
masyarakat kecil, kehidupan di desa, aliran dan jalur maritim, lalu lalang di
kota, perindustrian, lingkungan hidup, ekonomi, makanan, wanita, olah raga,
hingga sejarah peiklanan pun dapat ditulis sedemikian rupa.
Hanya
ada beberapa syarat agar lancar memahaminya dan tidak salah substansi, pertama
rajinlah membaca dan kedua berpikirlah yang kritis, jangan asal comot sana-sini
tanpa memahaminya. Aku justru tidak paham dan masih menyisakan tanya mengapa di
semester satu yang notabenenya mempelajari sejarah Indonesia hanya sedikit saja
menyinggung tentang Majapahit? Bukankah mereka telah melakukan sumbangsih
terhadap Indonesia yang sekarang ini? Mungkin jika aku membicarakan tentang
Majapahit maka aku akan terjebak dalam masa lalu, baiklah suatu saakan
menanyakan dan mencari jawaban yang gamblang perihal tersebut.
Selanjutnya
apa yang telah aku dapatkan selama disini? Kalau kujawab banyak sekali kalian
pastilah tak segan-segan menggamparku. Oke akan ku jawab pertanyaan itu.
Pertama tentang pemahaman baru sejarah Indonesia yang kompleks seperti yang
telah aku jabarkan di atas. Kedua, adalah pengalaman untuk kembali ke masa
lampau sekaligus menemukan jalan pulang ke masa kini, aku percaya itu namun
belum bisa mewujudkan secara riil. Ketiga, analisa dan ketajaman pemikiran
diasah disini, kalau tak ingin salah substansi maka berpikirlah. Keempat,
kesempatan membaca buku yang luar biasa banyaknya, aku sampai bengong haruskah
bahagia luar biasa atau merasa biasa-biasa saja, aku sarankan memilih yang
pertama saja, dari kategori novel roman hingga bacaan “berat” dan arsip sangat
direkomendasikan disini. Kelima, belajar bahasa asing, bahasa bangsa yang
pernah menjajah bangsa ini selama berpuluh-puluh tahun atau yang seumuran
jagung, yak bahasa Belanda dan Jepang untuk dukungan membaca arsip. Keenam
quality time diskusi, mulai dari masalah kost, film documenter, film fiksi
ilmiah, hingga diskusi buku, itu sangat membantu menguak pemikiran kita.
Lalu
mengapa banyak orang yang nyinyir seolah jurusan sejarah adalah orang-orang
yang susah move on? Sejarah itu kurang diminati! Prospek kerjanya apa? Kamu
yakin cuma ingin jadi sejarawan? Gajinya kecil loh!. Ah sebodo amat dengan
pertanyaan dan pernyataan tersebut, atpi bukan berarti benar-benar tidak
memikirkannya. Hahaha, orang akan nyinyir seperti itu karena mungkin tidak belajar
tentang nasionalisme yang wajar terhadap bangsa ini, belum pernah merasakan
duduk di bangku sejarah, yang mengajarkan banyak hal, justru sejarahlah yang
menuntun kita untuk melaju di kekinian dan membuat gagasan-gagasan besar karena
telah kenyang menganalisa masa lampau, dan tak mau terjerembab di tempat yang
sama, kalau kalian bertanya tentang prospek kerja, banyak sekali yang dapat
dikerjakan sejarawan, dari pegawai museum, pegawai arsip daerah, arsip Nasional,
penerjemah, sejarawan, dosen, guru, travel guide, penulis novel, buku,
biografi, travel note, atau apapun itu sangat memungkinkan untuk dikerjakan dan
dicapai. Yang terpenting berusahalah!!!
Yogyakarta,
didalam dekapan hujan dan petir 19 Desember 2014
Selamat
mengabdi Universitas Gadjah Mada