langit sedang cerah, di salah satu sudut perpustakaan. |
Sebulan terakhir saya bolak-balik kampus-perpus
berbagai fakultas. Selama 2 tahun belajar disini saya baru main ke perpustakaan
FIB, Fisipol, Filsafat, Pertanian, perpus Pusat, beberapa perpustakaan di Pusat
Studi. Baru kali ini main ke perpus kluster saintek di seberang jalan Persatuan.
Beberapa yang sempat saya kunjungi adalah perpustakaan Geografi, perpustakaan
Biologi, Perpustakaan Kedokteran Umum, dan Perpustakaan Kedokteran Gigi.
Sekarang saya sedang mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum. Dari beberapa
perpustakaan yang telah saya kunjungi, sebenarnya ada beberapa masalah.
Bangunan fisik perpustakaan sekarang relatif
modern dan nyaman untuk duduk berlama-lama. Namun, beberapa masalah masih
menjadi lubang kecil yang secara tidak langsung mengganggu kenyamanan
pengunjung perpus. Misalnya saja buku-buku yang hilang, tercecer, bahkan
tingkat keamanan di perpustakaan. Meskipun sudah ada alat pendeteksi keberadaan
buku, ketika didatangi untuk mengambil buku tak jarang sulit untuk menemukan. Bahkan
tidak ada. Sedangkan keamanan di perpustakaan kadang membuat hati ketar-ketir
untuk meninggalkan barang bawaan. Di beberapa perpustakaan, sebut saja perpus
Fakultas Hukum dan Biologi. Loker tempat penitipan barang telah tersedia,
sayangnya tidak tersedia gembok ataupun kunci. Sebagai antisipasinya pengunjung
harus membawa kunci sendiri. Itu yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan FH.
Sedangkan di perpustakaan Biologi, tas ataupun barang bawaan lainnya ditumpuk
begitu saja di meja resepsionis. Rupanya penjaga perpus sudah kewalahan untuk
mengawasi peminjaman kunci loker.
Di beberapa perpustakaan fakultas lain, sering
dikabarkan kehilangan barang, meskipun loker dalam keadaan terkunci. Pelakunya
dengan santai mengambil barang kemudian meninggalkan lokasi. Padahal ada kamera
CCTV yang mengintai.
Secara subjektif, saya menyukai perpustakaan
FIB. Karena 2 tahun sering berkutat dengan buku-buku disana. Tatanan rak
bukunya pun mempermudah pengunjungnya untuk segera menemukan buku yang dicari. Kecuali
kalau diambil oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Selain itu, sofanya
pun layak untuk digunakan tidur. Sayangnya, tempat duduk masih kurang. Kalau ingin
konsentrasi mengerjakan tugas, sangat direkomendasikan untuk naik ke ruang
referensi yang berada di lantai dua. Di sana banyak bacaan hasil skripsi dari
berbagai jurusan di FIB.
Untuk kenyamanan membaca dan kebersihan, saya
lebih menyukai perpustakaan Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas Hukum. Karena
permainan warna dinding dan lantai yang simpel, membuat ruangan lebih lapang. Di
Fakultas Kedokteran, bisa sekalian cuci mata dengan mbak-mbak ayu nan rajin
membaca. Sedangkan perpustakaan Fakultas Hukum harumnya gak ketulungan,
dekorasinya seperti dalam rumah, dengan plafon ber aksen kayu. Apalagi dengan
jendela kaca yang besar dan dekat dengan pepohonan. Akses sinar matahari bisa
bebas. Kali ini cuci mata beneran. Sayangnya, urutan penomoran buku masih acak,
sehingga pengunjung yang jarang ke perpus tersebut mengalami sedikit kesulitan
untuk menemukan buku.
Sedangkan untuk koleksi buku, saya bener-bener
ingin bisa melahap mayoritas buku di rak perpustakaan Filsafat. Nama penulis
bukunya bikin saya terbengong-bengong. Di sana berjubel karya pemikir Eropa
yang mempengaruhi kajian keilmuan di Indonesia. Sayangnya, lagi-lagi masalah tempat
yang kurang luas. Jarak antar rak buku amat sempit. Kondisi ini hampir sama
dengan perpustakaan Biologi dan Pertanian. Saya belum naik ke lantai dua nya,
biasanya buku-buku bagus terletak di lantai dua. Mungkin juga kondisi dan
suasananya jauh lebih baik dibandingkan dengan lantai satu.
Kalau mau mencari tempat yang lebih tenang, bisa
dilakukan di perpustakaan pusat studi. Asalkan tahan dengan debu. Selain karena
jarang pengunjung, koleksi bukunya lumayan spesifik. Beberapa tempatnya juga
cukup luas, bisa buat baca sambil gulung-gulung atau menghabiskan menja 1.5m x
2m sendirian.
Terlepas dari bentuk fisik dan koleksi bacaan
yang dimiliki perpustakaan, semoga perpustakaan masih jadi tempat yang nyaman
untuk belajar.
Perpus filsafat itu dulunya ada dua. Cukup lebar. Dipisahkan oleh sebuah lobi yang oleh mahasiswa disebut sebagai "akuarium" --sebab bentuknya kotak dan dikelilingi oleh kaca-kaca besar. Perpus filsafat hari ini masih menggunakan ruang sementara, ruang kuliah. Belum dipindah. Sepertinya akan pindah ke gedung baru. Makanya fasilitasnya masih seadanya. Sempit. Komputer pun cuma satu yang terhubung ke internet.
BalasHapus((akuarium)), kayaknya lebih lega kalo memang udah diletakkan di ruang baru.
Hapus