Kamis, 19 Mei 2016

Sedang Mencari Tempat Nyaman


langit sedang cerah, di salah satu sudut perpustakaan.


Sebulan terakhir saya bolak-balik kampus-perpus berbagai fakultas. Selama 2 tahun belajar disini saya baru main ke perpustakaan FIB, Fisipol, Filsafat, Pertanian, perpus Pusat, beberapa perpustakaan di Pusat Studi. Baru kali ini main ke perpus kluster saintek di seberang jalan Persatuan. Beberapa yang sempat saya kunjungi adalah perpustakaan Geografi, perpustakaan Biologi, Perpustakaan Kedokteran Umum, dan Perpustakaan Kedokteran Gigi. Sekarang saya sedang mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum. Dari beberapa perpustakaan yang telah saya kunjungi, sebenarnya ada beberapa masalah.
Bangunan fisik perpustakaan sekarang relatif modern dan nyaman untuk duduk berlama-lama. Namun, beberapa masalah masih menjadi lubang kecil yang secara tidak langsung mengganggu kenyamanan pengunjung perpus. Misalnya saja buku-buku yang hilang, tercecer, bahkan tingkat keamanan di perpustakaan. Meskipun sudah ada alat pendeteksi keberadaan buku, ketika didatangi untuk mengambil buku tak jarang sulit untuk menemukan. Bahkan tidak ada. Sedangkan keamanan di perpustakaan kadang membuat hati ketar-ketir untuk meninggalkan barang bawaan. Di beberapa perpustakaan, sebut saja perpus Fakultas Hukum dan Biologi. Loker tempat penitipan barang telah tersedia, sayangnya tidak tersedia gembok ataupun kunci. Sebagai antisipasinya pengunjung harus membawa kunci sendiri. Itu yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan FH. Sedangkan di perpustakaan Biologi, tas ataupun barang bawaan lainnya ditumpuk begitu saja di meja resepsionis. Rupanya penjaga perpus sudah kewalahan untuk mengawasi peminjaman kunci loker.
Di beberapa perpustakaan fakultas lain, sering dikabarkan kehilangan barang, meskipun loker dalam keadaan terkunci. Pelakunya dengan santai mengambil barang kemudian meninggalkan lokasi. Padahal ada kamera CCTV yang mengintai.
Secara subjektif, saya menyukai perpustakaan FIB. Karena 2 tahun sering berkutat dengan buku-buku disana. Tatanan rak bukunya pun mempermudah pengunjungnya untuk segera menemukan buku yang dicari. Kecuali kalau diambil oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Selain itu, sofanya pun layak untuk digunakan tidur. Sayangnya, tempat duduk masih kurang. Kalau ingin konsentrasi mengerjakan tugas, sangat direkomendasikan untuk naik ke ruang referensi yang berada di lantai dua. Di sana banyak bacaan hasil skripsi dari berbagai jurusan di FIB.
Untuk kenyamanan membaca dan kebersihan, saya lebih menyukai perpustakaan Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas Hukum. Karena permainan warna dinding dan lantai yang simpel, membuat ruangan lebih lapang. Di Fakultas Kedokteran, bisa sekalian cuci mata dengan mbak-mbak ayu nan rajin membaca. Sedangkan perpustakaan Fakultas Hukum harumnya gak ketulungan, dekorasinya seperti dalam rumah, dengan plafon ber aksen kayu. Apalagi dengan jendela kaca yang besar dan dekat dengan pepohonan. Akses sinar matahari bisa bebas. Kali ini cuci mata beneran. Sayangnya, urutan penomoran buku masih acak, sehingga pengunjung yang jarang ke perpus tersebut mengalami sedikit kesulitan untuk menemukan buku.
Sedangkan untuk koleksi buku, saya bener-bener ingin bisa melahap mayoritas buku di rak perpustakaan Filsafat. Nama penulis bukunya bikin saya terbengong-bengong. Di sana berjubel karya pemikir Eropa yang mempengaruhi kajian keilmuan di Indonesia. Sayangnya, lagi-lagi masalah tempat yang kurang luas. Jarak antar rak buku amat sempit. Kondisi ini hampir sama dengan perpustakaan Biologi dan Pertanian. Saya belum naik ke lantai dua nya, biasanya buku-buku bagus terletak di lantai dua. Mungkin juga kondisi dan suasananya jauh lebih baik dibandingkan dengan lantai satu.
Kalau mau mencari tempat yang lebih tenang, bisa dilakukan di perpustakaan pusat studi. Asalkan tahan dengan debu. Selain karena jarang pengunjung, koleksi bukunya lumayan spesifik. Beberapa tempatnya juga cukup luas, bisa buat baca sambil gulung-gulung atau menghabiskan menja 1.5m x 2m sendirian.
Terlepas dari bentuk fisik dan koleksi bacaan yang dimiliki perpustakaan, semoga perpustakaan masih jadi tempat yang nyaman untuk belajar.


2 komentar:

  1. Perpus filsafat itu dulunya ada dua. Cukup lebar. Dipisahkan oleh sebuah lobi yang oleh mahasiswa disebut sebagai "akuarium" --sebab bentuknya kotak dan dikelilingi oleh kaca-kaca besar. Perpus filsafat hari ini masih menggunakan ruang sementara, ruang kuliah. Belum dipindah. Sepertinya akan pindah ke gedung baru. Makanya fasilitasnya masih seadanya. Sempit. Komputer pun cuma satu yang terhubung ke internet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ((akuarium)), kayaknya lebih lega kalo memang udah diletakkan di ruang baru.

      Hapus

Pesan dari Jakarta

Perjalanan menuju gedung ANRI Dalam rangka kuliah lapangan, kami sekelas bersepakat mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI...