Ujian Nasional (UNAS), menjadi kalimat yang kerap didengar
beberapa bulan terakhir ini. Sama intensnya dengan istilah SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri), dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) keluar dari mulut pelajar kelas XII. Sebenarnya saya tidak ikut
mengamati mereka berproses, hanya mengetahui sedikit dari kronologi kegiatan
mereka. Saya sudah ikut prosesnya 2 tahun lampau. Kalau tidak salah,
pendaftaran SNMPTN mulai pada Februari ’16, kemudian serangkaian ujian lokal
(ujian praktik dan sejenisnya) untuk mengisi jeda jarak antara pendaftaran
SNMPTN dengan Ujian Nasional. UNAS sendiri dihelat pada minggu pertama April.
Seminggu penuh bagi SMA/MA dan tiga hari bagi SMK.
Hari ini sudah awal Mei, info dari beberapa akun
lini masa mengabarkan hasil UNAS SMA/MA/SMK dapat diketahui pada Sabtu, (7/5),
beda dua hari dengan awal UNAS di tingkat SMP. Biasanya pengumuman SNMPTN akan
ada seminggu setelah pengumuman hasil UNAS. Semoga kalian lulus dan lolos
dengan selamat. Yang menarik adalah masa tunggu pengumuman tersebut. Hari-hari
siswa yang berstatus quo pun
bermacam-macam. Sebagian mungkin datang ke Bimbel, dengan alasan persiapan tes
dan lalala lainnya. Sebagian lagi mengisi jeda dengan liburan dan mungkin
belajar hal baru. Tapi, liburan yang terjadwal kadang minim potensi digunakan
untuk belajar hal baru. Kemarin Rangga berbagi kisah dengan kami. Kembali ke
siswa dengan status quo, sebagian
lagi mengisi hari-harinya dengan membaca buku di beranda rumah sambil menyesap
air es dan berbagai kegiatan lainnya.
Kalau yang saya sebutkan diatas mungkin kurang
terekspose oleh media. Media gencar menginformasikan pawai dan aksi coret-coret
baju yang dilakukan oleh segelintir siswa beberapa jam setelah UNAS usai. Di
akun instagram juga berseliweran foto coret-coret dengan pose bak model
tersebut. Pawai sampai ada kasus penilangan yang berujung drama. Si murid
menyebutkan nama salah seorang ternama dan berpengaruh di negeri ini. Aku jadi
mikir, oh mungkin kayak gini praktik riilnya nepotisme. Mbok ya mulih dek,
istirahat. Gak capek po mengeluarkan
kembali akumulasi ingatan selama tiga tahun? Sepertinya masih ada asupan
oksigen di kepala, karena sepertinya mereka masih sanggup menghirup uap pilox. Duh! Sebenarnya seserius apa
mereka mengerjakan soal UNAS hingga perlu perayaan yang *aku wes gak iso mbahasakke. Atau jangan-jangan praktik joki Ujian masih tetap ada?
Semoga prasangka saya salah, dan semoga otak kalian cukup pandai dan cerdik
untuk menjawab ratusan soal yang telah berlalu itu.
Tentang pawai dan coret-coret seragam,
sebenarnya mengandung faedah apa? Aku masih bingung eh. Apakah luapan rasa
bahagia karena telah melewati masa kurungan selama tiga tahun? Mbok digunakan makan bersama. Karuan wareg. Sekadar memberi tahu saja
dua tahun lalu, aksi coret-coret seragam ini dilakukan setelah pengumuman
kelulusan ada. Lah kok sekarang spontan. Seragam saya gak pernah ikut dicoret
sih, karena itu bukan media lukis, gambar graffiti
dan media lainnya untuk menyalurkan bakat seni. Kesenangan semu, hanya berlaku
sehari. Gak bikin nagih, sehari saja tidak memikirkan masa depan.
Padahal dedek unyu dan gemes sekalian, sejumput
masa depan perkuliahan (bagi yang terus ingin melanjutkan belajarnya) sedang
kabur kayak kacamata lagi ditutupi embun. Besok Senin, (2/5) bebarengan dengan
tanggal kelahiran seseorang yang mendapat julukan bapak pendidikan akan ada
pesta besar di kampus kami. Kamu mau datang menyaksikan? Sepertinya liburanmu
terlalu sayang untuk ditinggalkan. Tapi, semua itu terserah padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar