Minggu, 01 Mei 2016

Pasca Ujian Nasional 2016, Inginmu Seperti Apa?

           


           Kamu ingin tinta apalagi untuk mewarnai harimu?
        Ujian Nasional (UNAS), menjadi kalimat yang kerap didengar beberapa bulan terakhir ini. Sama intensnya dengan istilah SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) keluar dari mulut pelajar kelas XII. Sebenarnya saya tidak ikut mengamati mereka berproses, hanya mengetahui sedikit dari kronologi kegiatan mereka. Saya sudah ikut prosesnya 2 tahun lampau. Kalau tidak salah, pendaftaran SNMPTN mulai pada Februari ’16, kemudian serangkaian ujian lokal (ujian praktik dan sejenisnya) untuk mengisi jeda jarak antara pendaftaran SNMPTN dengan Ujian Nasional. UNAS sendiri dihelat pada minggu pertama April. Seminggu penuh bagi SMA/MA dan tiga hari bagi SMK.
Hari ini sudah awal Mei, info dari beberapa akun lini masa mengabarkan hasil UNAS SMA/MA/SMK dapat diketahui pada Sabtu, (7/5), beda dua hari dengan awal UNAS di tingkat SMP. Biasanya pengumuman SNMPTN akan ada seminggu setelah pengumuman hasil UNAS. Semoga kalian lulus dan lolos dengan selamat. Yang menarik adalah masa tunggu pengumuman tersebut. Hari-hari siswa yang berstatus quo pun bermacam-macam. Sebagian mungkin datang ke Bimbel, dengan alasan persiapan tes dan lalala lainnya. Sebagian lagi mengisi jeda dengan liburan dan mungkin belajar hal baru. Tapi, liburan yang terjadwal kadang minim potensi digunakan untuk belajar hal baru. Kemarin Rangga berbagi kisah dengan kami. Kembali ke siswa dengan status quo, sebagian lagi mengisi hari-harinya dengan membaca buku di beranda rumah sambil menyesap air es dan berbagai kegiatan lainnya.
Kalau yang saya sebutkan diatas mungkin kurang terekspose oleh media. Media gencar menginformasikan pawai dan aksi coret-coret baju yang dilakukan oleh segelintir siswa beberapa jam setelah UNAS usai. Di akun instagram juga berseliweran foto coret-coret dengan pose bak model tersebut. Pawai sampai ada kasus penilangan yang berujung drama. Si murid menyebutkan nama salah seorang ternama dan berpengaruh di negeri ini. Aku jadi mikir, oh mungkin kayak gini praktik riilnya nepotisme. Mbok ya mulih dek, istirahat. Gak capek po mengeluarkan kembali akumulasi ingatan selama tiga tahun? Sepertinya masih ada asupan oksigen di kepala, karena sepertinya mereka masih sanggup menghirup uap pilox. Duh! Sebenarnya seserius apa mereka mengerjakan soal UNAS hingga perlu perayaan yang *aku wes gak iso mbahasakke. Atau jangan-jangan praktik joki Ujian masih tetap ada? Semoga prasangka saya salah, dan semoga otak kalian cukup pandai dan cerdik untuk menjawab ratusan soal yang telah berlalu itu.
Tentang pawai dan coret-coret seragam, sebenarnya mengandung faedah apa? Aku masih bingung eh. Apakah luapan rasa bahagia karena telah melewati masa kurungan selama tiga tahun? Mbok digunakan makan bersama. Karuan wareg. Sekadar memberi tahu saja dua tahun lalu, aksi coret-coret seragam ini dilakukan setelah pengumuman kelulusan ada. Lah kok sekarang spontan. Seragam saya gak pernah ikut dicoret sih, karena itu bukan media lukis, gambar graffiti dan media lainnya untuk menyalurkan bakat seni. Kesenangan semu, hanya berlaku sehari. Gak bikin nagih, sehari saja tidak memikirkan masa depan.
Padahal dedek unyu dan gemes sekalian, sejumput masa depan perkuliahan (bagi yang terus ingin melanjutkan belajarnya) sedang kabur kayak kacamata lagi ditutupi embun. Besok Senin, (2/5) bebarengan dengan tanggal kelahiran seseorang yang mendapat julukan bapak pendidikan akan ada pesta besar di kampus kami. Kamu mau datang menyaksikan? Sepertinya liburanmu terlalu sayang untuk ditinggalkan. Tapi, semua itu terserah padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan dari Jakarta

Perjalanan menuju gedung ANRI Dalam rangka kuliah lapangan, kami sekelas bersepakat mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI...