Sudah seminggu lebih, atau barangkali semenjak 2
bulan yang lalu aku merasa jenuh. Sungguh jenuh dengan rutinitas yang itu-itu
saja dengan bumbu yang dikurangi dan sedikit ditambahi porsinya. Selalu ada
alibi untuk pulang ke kos diatas jam 9 malam ditambah dengan muka kuyu laiknya
orang kurang istirahat. Tidur, berkisar pada jam 11 lebih, karena scroll lini
masa atau sibuk nonton film berbau psiko, 1/27 items dari film ku adalah film menye-menye. Masih 27 item, jelas kekurangan film karena laptop ku sedang kecolongan ide. Siapapun yang berkenan
memberikan film akan saya terima dengan tangan terbuka, (halaaah). Oke, kembali ke penghitungan waktu luang.
Pertama, waktu pagi cukup banyak. Kalau manusia umum bangun pada pukul 5 pagi
dan kuliah pukul 9 jelas sekali ada selisih waktu 4 jam. Normalnya waktu 4 jam
cukup untuk persiapan menanak nasi selama 15 menit, nonton film 1 jam, baca
buku 2 jam, mandi dan siap-siap segala macamnya hanya butuh 45 menit. Dan itu
jam 9 sudah sampai kampus. Sayangnya bagiku tidak, jam bangun pagiku acak
amburadul, sesuka hati. Kadang jam 3 dini hari, kadang jam 5, dan yang lebih
sering adalah kisaran jam 7. Harusnya cukup untuk membaca buku barang 5 lembar.
Tapi itu amat jarang terjadi, tangan kecil ini hampir memenuhi layar sentuh
selama 1 jam 30 menit, mandi dan lainnya hanya cukup 30 menit, berangkat ke kampusnya
kelabakan.
Padahal didinding kamar sudah ditulis gede-gede
‘Gausah mandi lama-lama, dan gausah kebanyakan mikirin orang lain’, tapi yang
namanya otak ini lebih banyak ngeyel nya.
Sarapan tidak jadi pada pagi malah cenderung siang hari, padahal dari
analogi babe, tubuh manusia itu kayak motor, atau kendaraan mesin lainnya yang
setiap pagi perlu dipanasin, perlu diisi bahan bakar agar otaknya gak ngadat di
tengah jalan. Dan padahalnya lagi, bahan logistik pagi kayak kacang hijau,
telur, susu, dan madu udah terpajang rapi dekat magic com. Memang dasar aku bandel.
Alhasil, jam makan dialihkan pada jam 11 setelah
kelas pertama selesai. God, tentunya udah keroncongan berat, group anakonda
udah menggeliat liar dalam usus. Waktu jeda kelas pertama menuju kelas kedua
rata-rata diatas 2 jam. Mari kita hitung kembali waktu 2 jam itu. 1 jam untuk
bikin draft tugas atau baca informasi atau untuk baca buku yang terkait dengan
tugas, itung-itung biar tidak writing’s
block[1], 1 jam sisanya bisa digunakan untuk ibadah
dan makan. Tapi, tidak bisa dipungkiri karena kita makhluk sosial yang butuh
ngobrol sama manusia lainnya, jadi gak mungkin dong kalau secara apatis aku
harus saklek dengan hitungan, alhasil
1 jam baca buku dialokasikan pada acara ngobrol. Wasting time? Enggak juga sih, aku juga butuh ketawa soalnya.
Kelas kedua mayoritas dimulai pada pukul 13.00
sampai 15.00, biasanya. Nah setelah itu mau kemana? Pas ditanya gitu bingung.
Aku juga gak seberapa hafal lebih sering mana aku langsung balik ke kost atau menuju
perpus atau malah kebanyakan ngobrol lagi. Sungguh aku belum menghitung secara
pasti. Kelemahanku adalah setelah pulang kuliah. Banyak waktu longgar yang
sebenarnya bisa digunakan untuk ngerjain tugas, tapi lagi-lagi otak bebalku
memaksa kaki untuk lebih senang keluyuran dibandingkan dengan duduk santai
sambil membaca buku dan menyeruput air es. Membicarakan air es, tenggorokanku
menjadi semakin kering. Lalu setelah jam 6 biasanya balik ke kost, makan,
ibadah dan kembali lagi scroll hp.
Sungguh serasa hidup sedang diperbudak dengan teknologi. (Jangan salahkan saya,
karena ini adalah pandangan subjektiv saja). Acara scroll hp berlangsung sampai larut malam, dan aku lupa kewajiban
utamaku untuk menyiapkan amunisi. Dari sekitar jam 6 petang sampai ukurlah
badan manusia bisa bertahan sampai jam 11 malam, maka sepanjang malam itu aku
hanya meenghabiskan dengan memegang benda yang hanya selebar permukaan tangan. How pity I am? . ada 5 jam bersih yang
sengaja ku buang secara sia-sia. Kalau seandainya sejam bisa merampungkan edit
1 tulisan, maka akan ada 1 naskah selesai edit dan draft tugas sepanjang 10
halaman.
Ini sudah menjelang akhir November, menjelang
Desember, penghujung tahun dan penghujung semester. Dan aku terlambat menyadari
bahwa aku harus segera berlari memaksakan tubuh untuk memasuki nafsu secepat
120 km/h. Aku merasa setiap kali laporan mingguan mengeluhkan kurangnya waktu
bacaku. So, dengan aku menulis seperti aku mengetahui celah dan jam bocor yang
perlu ditambal sedemikian rupa. Dalam waktu 2 minggu, sebanyak 1 full paper
perihal limbah harus segera selesai sebelum menuju minggu tenang yang akan
dilangsungkan pada pertengahan Desember. 2 tulisan berita yang butuh reportase,
dan entah berapa tulisan lagi yang bertujuan untuk menjabarkan mind map yang telah aku upload tempo
hari. Dan aku hanya berharap saja di akhir-akhir nanti, tubuhku tidak peretel (terlepas dari sendinya) karena dipaksa untuk memenuhi kecepatan yang hampir mencapai batas maksimal.
Dan kemudian tulisan akan kelar sebagai persembahan terbaik pada penutup
semester ini.
Terimakasih kepada abangku tercinta yang
diam-diam hanya mendoakan dalam diam walau jarak tinggal kita hanya terpaut
sekitar 15km, pertemuan sejam yang berkualitas telah memaksaku untuk
mengkalkulasi kembali waktu luangku, gara-gara mempertanyakan jam kuliah.
Harapanku akan selalu sama, aku tidak mau untuk rehat menulis apalagi rehat
membaca. Dan aku telah memilih opsi pertamamu, dan memang ternyata aku harus
lebih pandai untuk memanage waktu 24 jam untuk kegiatan yang sedemikian rupa. Inilah
jawabanku atas saranmu tentang kamacetan pikiranku yang terjadi setiap waktu.
Semoga kita tidak mengecewakan Tuhan, mengecewakan waktu, dan mengecewakan diri
sendiri dengan perilaku yang kita perbuat. Terimakasih J
-K-15112015
-K-15112015
[1]
Kemampetan ide dalam menulis. Sudah tidak mampu merangkai kata. Alias jenuh
untuk menulis, dan tentunya tidak ada gairah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar