Sebelumnya saya hanya berani bermimpi, masih terselip ragu untuk
menapaki pijakan-pijakannya, tapi akhir-akhir ini berbeda.
Ada yang mesti diusahakan dengan serius untuk mencapai mimpi-mimpi
itu. Dan saya , harusnya masih bisa baca novel sastra.
Sebelumnya, mimpi-mimpi saya hanyalah onggokan rangka.
Yang stagnan dan hanya ada di angan-angan.
Ujung-ujungnya mangkrak. Kali ini saya baru bisa membuka diri untuk berani
memperbaiki dan menambal berbagai sisi kerangka tersebut.
Proses menapaki hari, pertemuan sekaligus perbincangan dengan
orang-orang baru membuat saya dekat dengan mimpi tentang masa mendatang yang
sedang saya buat.
"...Kali ini aku berani bermimpi
Yang sebelumnya hanya bilang "entah kapan lagi"
Bersama kamu, aku tidak lagi takut menjadi pemimpi
Karena segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala
sesuatunya benar
Dan bumi, adalah sebagian debu dibawah telapak kaki kita."*
*Terinspirasi dari W.B Yeats dalam tulisan Dee.
In frame: Rei, celengan kaleng, sejenis bonsai, dan atlas.
BalasHapusKamu luput, masih ada origami, teman Rei, dan tumpukan buku.
Hapus