Sabtu, 04 Juni 2016

Sindrom Parkinson







Siang hari dengan langit biru.  Minus cuitan burung yang bandel nangkring di pucuk pohon gelitu, saya iseng mampir di salah satu situs berita online. Berita pertama dengan foto Muhammad Ali (seorang petinju petinju dunia ternama) nampang dengan tangan terkepal, khas gaya seorang petinju. Potret wajahnya terlihat sumringah, tapi sayangnya itu kabar duka. Menurut berita, tadi pagi ia wafat. Tidak terlalu terbawa emosi. Karena saya gak paham tentang dunia pertinjuan dan alasan-alasan yang membuat ia mendapatkan gelar dunia. Yang saya tahu orang menang dalam sebuah tinju, adalah ketika salah satu dari mereka menonjok lawannya hingga terkapar. Itu saja. Bicara tentang tonjok menonjok saya pengen banget nonjok samsak. Hari ini saja. Tapi, kali ini saya lebih penasaran (kembali) tentang sindrom parkinson.
Sindrom parkinson/ parkinson ini merupakan “penyakit orang tua” yang menyerang sistem sirkuit dalam otak. Pasalnya, beberapa artikel menyebutkan 1 banding 250 orang berusia diatas 60 tahun berpotensi terkena sindrom ini. Penyakit yang mendera Ali selama hampir 30 tahun hingga tutup usia di angka 74, dan saya baru mengetahui nama penyakit ini pada 2007 lewat salah satu artikel di majalah Tempo. Edisi berapa, saya lupa. Ternyata parkinson ini dipengaruhi oleh dopamin, salah satu hormon dalam tubuh yang memberi dorongan kepada tubuh untuk aktif bergerak. Kalau lagi malas, mungkin kadar dopamin lagi rendah. Oh iya, perihal dopamin masih ingat kalau buah pisang bisa menambah cadangan dopamin? Sayangnya konsumsi pisang terhalang dengan harga yang ‘sedikit’ tinggi. kalo pulang ke rumah saya bakal lebih leluasa makan buah pisang, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Gejala umum yang sering disebut-sebut adalah tremor separuh badan, yang kemudian diikuti oleh postur tubuh yang bengkok. Tremor yang terlampau sering, akan mempengaruhi kegiatan menulis dengan tangan. Akibatnya si penderita semakin kekurangan kegiatan.  Lebih parahnya, ada degradasi ingatan dalam otak. Semacam pikun dan gejala penyakit Alzheimer. Ali dikabarkan terkena parkinson karena terkena dampak jangka panjang oleh kegiatan olahraga tinju yang telah membesarkan namanya itu. Mungkin, area kepalanya sering menerima pukulan keras. Selain karena kerusakan otak, faktor usia, dan keturunan, faktor alam dan makanan yang dikonsumsi pun ikut andil memperburuk kondisi ini. Katanya, konsumsi makanan dengan kadar pestisida tinggi juga berpotensi menimbulkan penyakit ini.
Kabarnya, penyakit ini baru bisa terdeteksi menjelang usia senja. Belum lagi keterbatasan peralatan dan masih berkembangnya penelitian sindrom parkinson ini belum menemukan obat yang manjur. Mayoritas penderitanya tutup usia.
Kita tidak pernah tahu kan, kapan hitungan usia akan berhenti? Kalau inisiatif untuk megusahakan tubuh agar tetap sehat tidak terlalu mahal. Mengapa masih ragu untuk memulainya? Semoga ingatan-ingatan kita tetap rapi sampai nanti entah usia kita masuk hitungan keberapa. Kali aja ntar masih ada orang yang butuh data sejarah tentang tahun ini dan hanya bisa digali dengan bantuan sumber lisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan dari Jakarta

Perjalanan menuju gedung ANRI Dalam rangka kuliah lapangan, kami sekelas bersepakat mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI...